Hewan ruminansia adalah hewan herbivora yang mencerna makanannya
dengan dua langkah, pertama dengan menelan bahan makanan mentah,
kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya
dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan ruminansia tidak hanya memiliki
satu ruang (monogastrik) tetapi memiliki lebih dari satu ruang
(poligastrik). Pada ruminansia dewasa, rumen adalah bagian lambung yang
paling besar.
Di antara lambung-lambung tersebut lambung sejatinya adalah abomasum,
dimana dalam abomasum terjadi proses pencernaan sebagaimana lambung
monogastrik lain, karena abomasum menghasilkan cairan lambung (gastric
juice). Saat lahir abomasum bayi ruminansia berukuran 70% dari
keseluruhan lambung majemuknya, sangat kontras dengan kondisi saat
dewasa dimana abomasum hanya 8% dari total volume lambung majemuknya.
Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain – lain.
Proses Pencenaan Hewan Ruminansia
Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu
terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian,
struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu
dengan hewan yang lain. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu
rumen, reticulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi
sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.
Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang
Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi tidak mempunyai
gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham
lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk
mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun sinding sel tumbuhan yang
terdiri atas 50% selulosa.
Proses pencernaan hewan ruminansia dimulai dari makanan yang ditelan
akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan
yang tertelan. Di rumen terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase
yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen,
makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan – gumpalan yang masih kasar. Kemudian
gumpalan – gumpalan tersebut akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk
dikunyah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali yang akan
masuk ke retikulum kemudian diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat
kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur. Makanan tersebut
akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat
ini masih terjadi proses pencernaan secara kimiawi oleh enzim.
Selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa akan merombak
selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di
abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati,
namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah
biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial
seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan
baku pembentukkan susu pada sapi.
Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan
sekum karnivora. Hal ini disebabkankarena makanan herbivore bervolume
besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume
makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter.
Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari
serat (selulosa) enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak
hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga
dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai
sumber energy alternatif.
Inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar