Pages

Sabtu, 02 Februari 2013

Hewan Ruminansia

     Hewan ruminansia adalah hewan herbivora yang mencerna makanannya dengan dua langkah, pertama dengan menelan bahan makanan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dari perutnya dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan ruminansia tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi memiliki lebih dari satu ruang (poligastrik). Pada ruminansia dewasa, rumen adalah bagian lambung yang paling besar.
    Di antara lambung-lambung tersebut lambung sejatinya adalah abomasum, dimana dalam abomasum terjadi proses pencernaan sebagaimana lambung monogastrik lain, karena abomasum menghasilkan cairan lambung (gastric juice). Saat lahir abomasum bayi ruminansia berukuran 70% dari keseluruhan lambung majemuknya, sangat kontras dengan kondisi saat dewasa dimana abomasum hanya 8% dari total volume lambung majemuknya.

Contoh hewan ruminansia ialah kerbau, domba, kambing, sapi, kuda, jerapah, kancil, rusa dan lain – lain.

 Proses Pencenaan Hewan Ruminansia
      Pola sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian, struktur alat pencernaan kadang-kadang berbeda antara hewan yang satu dengan hewan yang lain. Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu rumen, reticulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya.

Sapi, misalnya, mempunyai susunan gigi sebagai berikut:
3 3 0 0 0 0 0 0 Rahang atas
M P C I I C P M Jenis gigi
3 3 0 4 4 0 3 3 Rahang bawah
I = insisivus = gigi seri
C = kaninus = gigi taring
P = premolar = geraham depan
M = molar = geraham belakang

Berdasarkan susunan gigi di atas, terlihat bahwa sapi tidak mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak dibandingkan dengan manusia sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan berserat, yaitu penyusun sinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
        Proses pencernaan hewan ruminansia dimulai dari makanan yang ditelan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan dibentuk menjadi gumpalan – gumpalan yang masih kasar. Kemudian gumpalan – gumpalan tersebut akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dikunyah kedua kali. Dari mulut makanan akan ditelan kembali yang akan masuk ke retikulum kemudian diteruskan ke ornasum. Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur. Makanan tersebut akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan secara kimiawi oleh enzim.
       Selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan protozoa akan merombak selulosa menjadi asam lemak. Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak. Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti pada manusia. Asam lemak serta protein inilah yang menjadi bahan baku pembentukkan susu pada sapi.
       Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum karnivora. Hal ini disebabkankarena makanan herbivore bervolume besar dan proses pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanannya kecil dan percernaan berlangsung dengan cepat.
      Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 4 meter. Hal ini dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa) enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energy alternatif.
Inilah alasan mengapa hanya dengan memakan rumput, sapi dapat menghasilkan susu yang bermanfaat bagi manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar